Catatan Kenangan Beny Uleander

Archive for the ‘BAB 1’ Category

Udara Segar Dan Kopi Hangat

Hari itu, Selasa, 10 Oktober 2006. Desiran angin pegunungan menyiram aroma kesejukan di sekujur tubuh dan udara segar berhembus lembut menyapa dada. Suara mesin membelah kesunyian pagi. Peluh pun perlahan menyatu dengan lipatan helaian pakaian. Padahal kami masih berada dalam sebuah mobil yang sedang merangkak menuju Bukit Hexon di Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Tepat pukul 10.15 WITA, mobil yang ditumpangi dari Denpasar masuk perkampungan Tempek Lobong, sebuah dusun kecil yang dihuni 17 kk, terletak sekitar 1 km dari Bukit Hexon. Empat penumpangnya bergegas menjejak kaki di tanah dusun, seakan tak sabar menghirup sepuas-puasnya udara segar daerah pegunungan.

Beruntung. Saat itu, kami bisa bertemu dengan kepala kampung, Made Yasa (45) dan Gede Eddy Sukawiratha (27), pimpinan proyek pembangunan Bukit Hexon. Mereka sedang duduk di kursi panjang, depan Koperasi Wahyu Pertiwi Bukit Hexon. Kami disambut hangat. Terpatri penerimaan tulus warga desa yang masih menyimpan keramahan alamiah tanpa dibalut senyum artifisial kapitalistik.

Made Yasa selaku tuan rumah membentang karpet hijau di balai bengong berukuran 2 x 2 meter. Canda tawa dan saling bertanya soal kondisi perjalanan jadi menu awal percakapan. Maklum, kami sudah sering bertandang ke kampung Tempek Lobong. Tak lama berselang, tuan rumah menghidangkan kopi hangat. Kami menyeruput dengan penuh rasa terima kasih.

Kunjungan tim wartawan (tulis dan foto) yang dipimpin Beny Uleander dari Tabloid Otomotif MONTORKU dan dwi mingguan KORAN PAK OLES untuk merekam dan mendengar langsung kisah dari mulut Made Yasa dan Gede Edi soal sejarah awal Bukit Hexon, awal pembangunan fisik Bukit Hexon dan potret partisipasi masyarakat sekitar. Sayup-sayup di kejauhan terdengar suara dentingan palu, ayunan pacul dan gesekan skop para pekerja di Bukit Hexon yang bisa dilihat dari Tempek Lobong. Secuil moment yang ikut memicu dan memacu keberanian kami untuk merangkum semua penuturan terkait satu tahun pembangunan Bukit Hexon sebagai garden track dan kawasan agrowisata di Bali Utara.

Bukit Sandeh pun berganti nama menjadi Bukit Hexon. Penamaan seiring dengan penemuan produk teranyar PT Pak Oles and Biotor Technology dalam bidang otomotif, HEXON (Herbal Antioxidant), Vitamin Oli Mesin. Tekad Pak Oles membangun Bukit Hexon yang terletak di daerah terpencil di Desa Lemukih, Sawan, Buleleng sejak November 2005 silam sebagai daerah agrowisata dan garden track, lahir dari sepercik impian motivasi yang berbasis Membangun Desa, Membangun Bangsa. “Seorang pengusaha yang tidak memiliki visi pemberdayaan masyarakat pedesaan tidak akan berani berinvestasi di daerah terpencil,” ujarnya.

Di atas lahan seluas 8 hektar itu, Pak Oles ingin menanam berbagai jenis tanaman potensial yang dikandung dalam perut bumi daerah tersebut seperti markisa, strawbery, asparagus, wortel dan kentang dengan menerapkan pertanian organik berbasis teknologi EM yang ramah lingkungan. Masyarakat sekitar pun diberdayakan untuk mempelajari pertanian organik ‘modern’ dan mereka dilibatkan dalam pengembangan pertanian berskala industri.

Pak Oles melihat, ke depan bisa ada usaha produk turunan yang bisa dikembangkan. Sebuah misi mulia yang bermodal nekad. Tidak heran, banyak kalangan yang menyebut ide menyulap bukit tersebut sebagai sebuah Ide Gila yang digelontor seorang Pak Oles. Ide Gila itu juga sempat menghantui pikiran banyak karyawan terutama soal dana yang harus dipasok untuk mensuport pelbagai aktivitas pembangunan Bukit Hexon.

Sebutan Ide Gila itu ada benarnya, bila merunut pada lalu lintas pengalaman dan pemikiran tentang seputar hari kemarin dan hari ini. Namun jauh lebih benar lagi, kala Ide-Ide Gila itu ditempatkan pada rajutan pembangunan di bentangan litani hari esok. Itulah mental sejati seorang pemikir, peneliti, pengusaha dan investor yang visioner. Jadi, benar adanya bila hidup hari ini karena ada hidup dan kehidupan pada hari kemarin, dan hidup hari esok karena sudah ada hidup dan kehidupan yang dititi sejak hari ini.

Pada jagat refrektif demikian, bisa tersemai ragam pertanyaan dari siapapun, dari manapun, di manapun dan kapanpun. Namun bagi Pak Oles, pertanyaan terpenting adalah bukan soal dari mana uang untuk membangun Bukit Hexon, tetapi produk apa yang harus lahir dari dinding-dinding Bukit Hexon.

Jika pemberdayaan masyarakat ini berjalan, maka dengan sendirinya potensi daerah lain akan tumbuh, termasuk pengembangan potensi agrowisata. “Selama masyarakat tidak diberdayakan dalam aksi-aksi pembangunan nyata, jelas tidak akan ada kemajuan di suatu daerah terpencil termasuk roda industri dan pariwisatanya,” tegas pria yang gemar membaca ini.

Terhitung sejak tanggal 11 November 2005, pembangunan sarana vital dilaksanakan. Pembukaan jalan menuju Bukit Hexon oleh 50 orang tenaga produktif asal Dusun Tempek Lobong dan Munduk Tajun. Dengan gaji harian Rp 20 ribu, sejak pukul 08.00 – 16.00 WITA, mereka menggaruk dan meratakan tanah jalan menuju Bukit Hexon. Ada teriakan aba-aba. “Siap-siap… Satu…dua…tiga…” Para pekerja itu lantas sukses menggulingkan batu seberat 30-40 ton ke jurang diiringi tepuk tangan berlepotan lumpur. Itulah koleksi kenangan pembukaan akses jalan menuju Bukit Hexon yang penuh timbunan batu diselesaikan selama 1,5 bulan.

Suatu prestasi yang luar biasa. Tanpa bantuan alat berat, mereka melibas bebatuan granit pegunungan seberat 100 kg hingga 1 ton. Kerja keras dan disiplin tinggi itu berbekal tangan kosong dan 25 pahat besi (betel). “Kami masih ingat 25 betel itu hancur dan sekarang sudah tidak bisa dipakai lagi,” kenang Made Yasa.

Pengalaman mengerikan pun menghampiri Made Yasa. Ia nyaris tertimpa gelondongan batu seberat 1 ton saat bekerja di pangkung (kali mati). Sejengkal saja, batu besar yang berasal dari tebing itu hampir menggilas tubuhnya. Namun Yasa selamat, meski sedikit mengalami shock. “Saat itu saya tak mendengar suara batu menggelinding. Setelah batu itu melewati wajah saya dan jatuh ke jurang, saya masih sempat tertawa. Setelahnya baru saya gemetar ketakutan bahwa saya hampir kehilangan nyawa,” ungkap Yasa yang di-ia-kan saksi mata, Gede Eddy Sukawiratha. “Kami bersyukur masih dilindungi Tuhan,” ujar Eddy.

Dari kondisi awal jalan setapak selebar 1 meter, terbentanglah jalan utama sepanjang 1 km yang membelah areal perbukitan dengan lebar jalan 3 m. Selokan di bagian tepi melengkapi kondisi fisik jalan baru guna menghindari genangan air pada badan jalan dan bahaya erosi jika musim hujan tiba. Dengan struktur tanah padat, ditunjang lapisan batu gunung yang keras, ruas jalan kini sudah leluasa dilalui kendaraan. Patut dicatat, kendaraan pertama yang masuk ke Bukti Hexon adalah Jeep (CJ7) yang disetir Yunus Sugianto, Kepala Mekanik Bengkel Pak Oles saat menyambut matahari, 1 Januari 2006 di puncak Bukit Hexon.

OLEH: BENY ULEANDER
A. Kehidupan Lebah Madu
Lebah dalam bahasa Latin disebut Apis, –sejenis serangga penghasil madu. Terkait dengan rantai kehidupan di alam, lebah membantu proses penyerbukan alami bagi tumbuhan-tumbuhan. Manusia bisa melihat berjuta jenis tanaman di alam, beragam bunga yang indah dan pepohonan, serta menikmati aneka buah-buahan. Peristiwa alami yang berlangsung dari masa ke masa itu terjadi berkat kerja koloni lebah.

1. Koloni Lebah Dan Distribusi Tugas

Lebah madu merupakan insekta sosial hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni lebah dengan sifat polimorfisme, –setiap anggota koloni miliki keunikan anatomis, fisiologis dan fungsi biologis yang antar golongan sangat berbeda (Lebah Madu, Cara Beternak & Pemanfaatan, 2003). Jumlah populasi koloni tergantung kualitas dan potensi lebah ratu. Kemampuan bertelur ratu tergantung dari strain, queen rearing procedure (pemeliharaan) dan breeding program (pembudidayaan). Koloni madu terdiri atas tiga kasta; seekor lebah ratu, sekitar 200-300 lebah jantan, dan 10.000-100.000 lebah pekerja.

Lebah ratu hanya seekor dalam sarang tanpa raja. Jika ada dua ratu, keduanya berkelahi memperebutkan kedudukan, namun tetap memiliki watak yang halus, sabar dan mencintai rakyatnya. Ratu mempunyai sengat sebagai ovipositor,– senjata pengunusir ratu lain di dalam sebuah sarang. Lebah ratu bisa menyengat berkali-kali tanpa ada kerusakan tubuh atau binasa. Lebah ratu kebal terhadap segala penyakit karena konsumsi royal jelly setiap hari.
Warna lebah ratu biasanya merah tua dan dua kali lipat lebih panjang dan 2,8 kali berat dari lebah pekerja dengan masa hidup 3-7 tahun dan masa produksi hanya 2 tahun. Ovarium lebah ratu berkembang cukup sempurna sehingga mampu bertelur 1.500 sampai 2.000 butir telur sehari. Untuk menampung ovarium, perut lebah ratu membesar. Musim kawin lebah madu terjadi pada bulan Mei, Juni dan Juli setiap tahun.
Uniknya, selama hidup, lebah ratu hanya kawin sekali yaitu saat memasuki masa dewasa atau lebah ratu memasuki usia 23 hari dan memilih salah satu di antara ratusan ekor lebah jantan yang paling kuat untuk mengawini lewat sayembara terbang. Lebah jantan pemenang yang terbang menyusul dirinya berhak mengawini. Perkawinan berlangsung kala terbang di udara terbuka. Seusai kawin, keduanya jatuh ke tanah. Lebah jantan mati karena kantong sperma terpisah dan tertinggal dalam kantong sperma ratu (spermatheca) sebagai tempat penyimpan sperma lebah jantan hasil perkawinan.
Jika spermatheca belum banyak memiliki spermatozoa, maka kelangsungan perkawinan lebah ratu melibatkan 30 ekor lebah jantan. Lebah ratu kembali ke sarang dan mulai bertelur 2-3 hari pasca perkawinan, serta berhenti bertelur sampai habis simpanan sperma yang tersedia. Tugas utama lebah ratu, justru bertelur terus-menerus agar bisa terjadi regenerasi keturunan, dengan lahirnya lebah-lebah baru. Telur lebah ratu akan menjadi lebah pekerja, lebah jantan dan calon lebah ratu.

Meski tidak bekerja, lebah jantan bertugas mengawini ratu perawan atau calon lebah ratu (virgin queen) dengan lama hidup sekitar tiga bulan. Mata dan sayapnya lebih besar dari lebah pekerja. Warna kehitaman dengan dengungan suara agak keras. Kakinya tidak berkeranjang pollen untuk menyimpan tepung sari bunga, dan tidak berselang pipa penghisap madu di bibir, tidak berkelenjar malam (wax glands), ekor tidak bersengat serta bersifat tenang.
Tugas utama lebah jantan justru menjaga sarang dan membersihkan sarang dari kotoran. Kadang-kadang terbang sebentar kala cuaca cerah. Untuk makan, lebah jantan lazim disuapi lebah pekerja. Sayangnya, saat musim paceklik tiba, sebagian lebah jantan dibinasakan dan dikeluarkan oleh lebah-lebah pekerja dari sarang.

Ukuran tubuh lebah pekerja lebih kecil daripada lebah ratu dan lebah jantan. Bentuk tubuh lebih ramping, warna hitam kecoklatan, ekor bersengat lurus dan berduri. Sebenarnya lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksi tidak berkembang sempurna.
Lebah pekerja siap menyerang apapun yang coba mengganggu atau berusaha memasuki sarangnya, namun tidak pernah menyerang lebah ratu. Sengatan lebah pekerja hanya bisa digunakan sekali selama hidupnya, dan sesudah itu, langsung mati. Meski begitu, lebih jenis ini tidak tersesat karena memiliki indera yang tajam terhadap rumah (sarang), pun tajam mengenal kualitas makanan.
Di dalam sarang, setiap lebah pekerja melakukan tugas tertentu sesuai umur. Misalnya membuat sarang, membersihkan sarang, mengisi madu, memberi makan larva, mengangkut pollen dan menjaga sarang. Pembagian tugas dan organisasi lebah madu sangat teratur, tertib dan disiplin atas kesadaran diri. Semua tugas di dalam sarang, sepenuhnya diatur lebah rumah tangga, sedangkan tugas di luar sarang jadi tanggung jawab lebah lapangan. Dan tradisi tersebut tidak pernah terhenti selama hidup secara berkoloni.
Setelah lahir, lebah pekerja menjadi lebah rumah tangga dengan tugas pokok membersihkan bilik-bilik kosong agar bisa kembali digunakan kemudian jadi lebah pekerja yang bertugas menjaga dan memberi pakan larva. Tugas berikutnya, membangun bilik baru dan memperbaiki bilik yang lama. Setelah itu, lebah pekerja baru mulai menyimpan nektar dan serbuk sari yang dibawa sesama temannya. Saat itulah, mulai menyandang profesi sebagai lebah pengolah madu dengan tugas pokok memroses nektar jadi madu, memeram madu dan mencampur madu dengan tepung sari.
Tugas lain yang diemban secara bersama-sama dalam sebuah kekuatan komunitas adalah berfungsi sebagai lebah penjaga sarang. Lebah pencari pakan merupakan lebah pekerja yang tertua dan tergesit dengan mengemban tugas mengumpulkan dan mencari serbuk sari dan nektar. Di lapangan, lebah pekerja sering melakukan aktivitas pada saat suhu berada pada 150C-400C. Ketika suhu di atas 320C banyak lebah pencari pakan bergeser tugas ke pengumpulan air untuk menyejukkan sarang. Jumlah lebah pekerja dalam satu koloni mencapai 30.000 – 40.000 ekor dengan usia hanya 35 hari.

TABEL DISTRIBUSI TUGAS LEBAH
Umur (hari)                                    Tugas
   3                                 Membersihkan sarang
 4-9                               Merawat larva
10-16                            Membangun sel sarang
17-19                            Menerima nectar dan tepung sari dari lebah pekerja
                                      Menjaga sarang dari musuh-musuhnya
  20                               Menjadi lebah lapangan untuk mencari nectar, pollen dan air
21-                                 Mati

Sumber: Lebah Madu, Cara Beternak & Pemanfaatan (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2003).

Kecepatan terbang lebah pekerja mencapai 65 km per jam, dan bisa menempuh jarak 46 km non stop. Bila sedang membawa nektar, kecepatannya tinggal 30 km per jam dengan kecepatan getaran sayap sebanyak 250 kali per detik. Gerakan sayap tersebut diatur oleh otot-otot dada. Jika otot menjulur ke bawah, sayap membentang ke atas, dan jika otot ditarik ke bawah, sayap menurun.
Untuk membuat 100 gram madu, lebah harus mendatangi sekitar satu juta tangkai bunga. Untuk mengumpulkan 1 kg madu, seekor lebah harus mengadakan perjalanan 90.000-180.000 kali dan mengunjungi banyak bunga sebelum pulang ke sarang. Jika setiap perjalanan menempuh jarak 3 km pulang pergi, seekor lebah harus menempuh jarak 3 x (90.000-180.000) km, atau minimal terbang sejauh tujuh kali keliling bumi. Nektar diangkut dalam kantung tepung yang ada di kaki. Dalam sarang, nektar diolah jadi madu, lilin dan royal jelly yang siap jadi makanan utama lebah ratu.

Ratu menghasilkan feromon, –senyawa kimia pemersatu koloni dalam satu kesatuan terorganisasir (Lebah Madu, Cara Beternak & Pemanfaatan, 2003). Pembentukan koloni lebah diawali dengan pertempuran sengit antara ratu dengan calon ratu. Jika ada calon ratu baru, larva dimatikan oleh ratu. Jika ada yang sempat lahir, ratu yang lama bertarung dengan ratu baru hingga salah satunya mati atau ratu yang kalah meninggalkan sarang diikuti sebagian lebah pekerja yang setia. Biasanya ratu yang eksodus justru ratu tua, dan kemudian membentuk koloni baru. Ratu tua yang tidak produktif dimatikan oleh lebah pekerja dan diangkat ratu baru.
Alasan perpindahan sebuah koloni lebah untuk mencari sumber pakan baru karena di tempat lama sumber pakan dan air berkurang, sarang terlalu panas, kena gangguan penyakit atau ada pengganggu (pemangsa) yang terus-menerus.
Sarang lebah tersusun dari jajaran heksagonal yang merupakan tempat bertelur, tempat menyimpan madu dan tempat pengumpulan tepung sari bunga. Bentuk ini memiliki keunggulan dibanding bentuk bulat atau persegi (dr Adji Suranto, SpA, 2005). Bentuk heksagonal membutuhkan bahan yang relatif sedikit, tetapi memiliki kapasitas sebagai tempat penyimpan yang maksimal. Jika sarang berbentuk bulat, tentu ada ruangan yang tidak terpakai. Jika berbentuk persegi empat, pemakaian bahan jadi lebih banyak. Umumnya satu sarang menghasilkan sekitar 150 kg madu setiap musim.

Lebah ratu yang bertelur subur siap menghasilkan lebah pekerja dan lebah ratu, dan telur yang tidak subur menghasilkan lebah jantan. Kedua jenis telur tersebut tampaknya sama. Dari kedua jenis telur itu, telur calon lebah pekerja jsutru yang terbanyak dihasilkan. Telur calon lebah jantan dihasilkan sejak awal musim bertelur dan jelang hijrah ke jumlah yang tidak terbatas.
Telur calon lebah pekerja diletakkan di sel yang terkecil dibanding sel untuk telur calon lebah jantan. Sel berpenghasilan larva lebah jantan memiliki tudung lilin lebih cekung dan lebih dalam dibanding sel larva lebah betina. Setelah tiga hari di dalam sel, telur menetas jadi larva yang tidak miliki sayap atau kaki dan tampak seperti seekor ulat dengan pakan terbanyak agar tumbuh lebih cepat. Dalam waktu singkat, tubuh lebah memenuhi ruangan sel.
Ketika larva memasuki fase pupa, lebah pekerja akan menutupi pintu sel rapat-rapat. Pada kondisi ini, terjadi perubahan tercepat pada tubuh pupa dengan ditandai tumbuhnya sayap dan kaki. Setelah selesai proses metamorfosis, lebah dewasa muncul dari pupa dalam bentuk lebah sempurna. Siklus hidup lebah madu mulai dari telur, larva, pupa dan akhirnya dewasa. Lamanya siklus hidup untuk setiap jenis lebah madu amat variatif. Awalnya, lebah ratu, pekerja dan lebah jantan berbentuk telur selama 3 hari, lalu jadi larva selama 4-9 hari. Periode pupa mulai berbeda untuk ketiga strata lebah madu ini. Lebah pekerja (10-20 hari), lebah ratu (10-15 hari) dan lebah jantan (10-23 hari). Sedangkan masa dewasa dimulai ratu pada hari ke-16, pekerja di hari ke-21 dan lebah jantan pada hari ke-24.

Stadium;     Lebah Ratu;     Lebah Jantan;      Lebah Pekerja
Telur
                3                                     3                            3
Larva                
4-9                               4-9                        4-9
Pupa             
  10-15                           10-23                   10-20
Dewasa           
 16                                     24                        21

Keterangan: Lama waktu dalam hari.
Sumber: Lebah Madu, Cara Beternak & Pemanfaatan (Penyusun Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, Penerbit Penebar Swadaya 2003).

Sebagai makhluk hidup, lebah madu memiliki cara komunikasi tersendiri. Pertama, Komunikasi Lewat Feromon. Cara komunikasi lewat foremon merupakan cara yang paling dominan yang dilakukan lebah madu. Feromon adalah senyawa kimia yang dihasilkan lebah ratu dari kelenjar hipofarink yang membawa informasi-informasi tentang kegiatan yang baru dilakukan anggota koloni sesuai keadaan yang sedang ataupun siap dihadapi. Feromon dihasilkan secara internal, tetapi bekerja eksternal untuk menginduksi reaksi-reaksi yang mengubah tingkah laku individu dalam spesies yang sama.
Penyebaran feromon dalam satu koloni lebah bisa berlangsung melalui kontak tubuh, makanan atau udara sekitar sarang. Perpindahan feromon dari lebah ratu ke lebah pekerja berlangsung saat lebah pekerja mengibaskan antena ke tubuh ratu. Di dalam sarang, feromon siap mengatur aktivitas lebah-lebah pekerja seperti memberi makan ke anggota koloni, membuang lebah yang mati, memberi tanda bahaya dan mengenal sesama anggota koloni. Di luar sarang, feromon sebagai daya tarik seksual untuk merangsang lebah-lebah jantan agar bisa mendekati dan mengawini ratu-ratu perawan atau sebagai kompas penuntun koloni bila sedang migrasi.
Kedua, Komunikasi Lewat Tarian. Lebah pekerja lebih efektif dan efisien mencari nectar bunga atau sumber pakan dengan mengandalkan bantuan lebah pekerja pemandu lewat tari keliling (round dance). Saat seekor lebah pemandu (scout) mendapat sari bunga, ia sering menari di depan sarangnya sebagai kode memberi tahu lokasi sari bunga ke semua rekan.
Dengan bantuan radar, para ilmuwan berhasil menjawab pertanyaan kontroversial seputar tujuan lebah menarikan tarian-tarian aneh dan mengibaskan tubuh. Tarian lenggak-lenggok yang populer itu berisi informasi tentang lokasi nektar (sari bunga), seperti yang diduga sejak tahun 1960-an. Awalnya, saat teori itu terungkap, terdapat banyak tanggapan skeptis sebagai akibat langsung dari ketidakyakinan mereka akan lebah yang bisa memahami pesan secara kompleks.
Para peternak lebah sudah sejak lama bertanya-tanya apa tujuan tarian itu, mengapa lebah menunjukkan tarian misterius di hadapan sarangnya sesaat setelah pulang mencari nektar. Biasanya, sebelum memasuki sarang, seekor lebah pembawa nektar melakukan gerakan dalam delapan tarian seperti mengibaskan perut kala menari, di tengah kerumunan lebah lain. Kibasan dan tarian tersebut dilakukan dalam pola berbeda dan terorganisir. Bagi seorang Karl Von Frisch, ahli hewan dan pemenang nobel, sudah pernah melakukan pengamatan agak detail pada tahun 1960-an. Frisch menyatakan, lebah sedang berjuang menyampaikan serangkaian instruksi tentang upaya menemukan sumber sari bunga saat menari.


Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Klik tertinggi

  • Tidak ada

Blog Stats

  • 90.569 hits

WITA

obj=new Object;obj.clockfile="8009-red.swf";obj.TimeZone="Indonesia_Denpasar";obj.width=150;obj.height=150;obj.wmode="transparent";showClock(obj);